Karawang – Di tengah polemik yang berkembang terkait pembangunan tugu “The Window” di ruang publik Karawang, salah satu pejabat struktural Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Karawang tampil memberikan klarifikasi dan edukasi kepada publik. Ia adalah Dede, Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Keanekaragaman Hayati (PPKH) DLHK Karawang — sosok ASN yang dikenal responsif dan terbuka terhadap kritik masyarakat.
Dede menjelaskan bahwa pembangunan Tugu “The Window” merupakan bagian dari perencanaan jangka panjang penataan estetika ruang kota. Tugu itu dirancang sebagai simbol “jendela masa depan” yang mencerminkan keterbukaan, dinamika pembangunan, serta identitas visual baru bagi Karawang yang semakin maju.
> “The Window bukan proyek asal-asalan. Kami sudah melalui proses perencanaan teknis dan estetis. Tugu ini adalah simbol keterbukaan Karawang sebagai kota yang adaptif dan visioner,” ujar Dede saat diwawancara, Senin (19/5/2025).
Sebagai pejabat teknis yang menangani isu pencemaran dan keanekaragaman hayati, Dede menunjukkan bahwa pembangunan ruang publik dan tugu kota tidak bisa dilepaskan dari konteks pelestarian lingkungan, edukasi masyarakat, serta penguatan citra kota berwawasan hijau dan inklusif.
Ia juga menegaskan bahwa DLHK Karawang sangat terbuka terhadap dinamika aspirasi publik. Dalam kapasitasnya sebagai Kabid PPKH, Dede menjadikan kritik sebagai sarana evaluasi kinerja dan pemantapan arah kebijakan pembangunan ruang terbuka hijau.
> “Kami tidak anti-kritik. Justru melalui kritiklah kami bisa menilai sejauh mana pembangunan ini dirasakan manfaatnya. Kalau memang perlu dievaluasi, kami siap terbuka,” tegasnya.
Polemik tugu ini sempat menjadi bahan perdebatan di media sosial dan ruang diskusi publik karena ada anggapan proyek tidak memiliki urgensi. Namun Dede menyampaikan bahwa “The Window” bukan hanya elemen estetika, melainkan representasi identitas kota dan simbol ajakan untuk membuka perspektif baru dalam pembangunan.
Dede juga menepis anggapan bahwa proyek ini menyerap anggaran secara berlebihan. Ia memastikan bahwa seluruh tahapan proyek, termasuk perencanaan anggaran, telah mengikuti mekanisme dan standar akuntabilitas pemerintah daerah.
> “Pembangunan ruang publik tidak hanya soal fisik, tapi juga tentang narasi kota yang ingin kita bangun bersama. Ini adalah upaya menyeimbangkan pembangunan infrastruktur dengan nilai sosial dan edukasi publik,” tambahnya.
Dengan pendekatan komunikatif dan substansial, Dede sebagai Kabid PPKH DLHK Karawang menunjukkan sikap birokrat muda yang adaptif, mampu menjelaskan kebijakan publik secara terbuka dan rasional.
